Tidak semua orang dari daerah memiliki kesempatan atau kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di kota-kota besar. Demi memenuhi kebutuhan dan demi membantu orang-orang yang tidak memiliki kesempatan itulah, H Sanusi Karateng cs mendirikan Yayasan Perguruan Puangrimaggalatung, di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. (Foto: Asnawin)
----------------
Perguruan Puangrimaggalatung, Wajo:
Didirikan Atas Desakan Masyarakat
Pendidikan adalah kebutuhan. Sekolah adalah kebutuhan. Perguruan tinggi adalah kebutuhan. Banyak orang yang rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan. Tidak sedikit pula orang yang rela meninggalkan kampung halamannya menuju kota besar untuk melanjutkan pendidikan, terutama ke jenjang perguruan tinggi.
Sayangnya, tidak semua orang dari daerah memiliki kesempatan atau kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di kota-kota besar.
Demi memenuhi kebutuhan dan demi membantu orang-orang yang tidak memiliki kesempatan itulah, H Sanusi Karateng cs mendirikan Yayasan Perguruan Puangrimaggalatung, di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
“Yayasan Perguruan Puangrimaggalatung ini didirikan atas desakan masyarakat,” ungkapnya dalam berbagai kesempatan.
Tahun 1980, lulusan SMP di Wajo boleh dikatakan membludak ketika itu, sedangkan SMA yang ada hanya satu buah. Karena itulah, Sanusi Karateng cs mendi-rikan SMA Puangrimaggalatung.
Beberapa tahun kemudian, kembali terasa pentingnya didirikan perguruan tinggi guna menampung lulusan SMA di Wajo dan sekitarnya. Maka Yayasan Puangrimaggalatung mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Puangrimaggalatung.
Selanjutnya, didirikan Sekolah Tingi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Puangrimaggalatung, Sekolah Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Puangri-maggalatung, Akademi Kebidanan (Akbid) Puangrimaggalatung, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Puangrimaggalatung, dan membuka Program Pascasarjana (PPs) STIA Puangrimaggalatung.
Jumlah mahasiswa PPs STIA juga pernah membludak karena ketika itu merupakan satu-satunya program pascasarjana STIA yang ada di Sulsel (di luar Kota Makassar) dan sangat dibutuhkan oleh kalangan pegawai negeri sipil dan karyawan BUMN.
Total jumlah mahasiswa yang dididik pada beberapa perguruan tinggi Puangrimaggalatung tersebut, berkisar 5.000 orang.
--------------
Sanusi Karateng
-------------
“Bisa dibayangkan kalau kami tidak mengambil inisitif mendirikan kampus ini,” papar Sanusi Karateng.
Anggota DPRD Provinsi Sulsel itu mengatakan, secara historis, nama besar Puangrimaggalatung diambil dari nama Arung Matoa Wajo ke-14, La Tadampare Puangrimaggalatung, yang mengantarkan Kerajaan Wajo pada puncak kejayaan sekitar abad ke-16.
“Filosofi yang dipegang Puangrimaggalatung masih sangat relevan dalam kepemim-pinan modern, antara lain prinsip malempu (kejujuran), warani (keberanian), macca (kecer-dasan), dan mabessa (dermawan). Nilai-nilai tersebut menjadi pegangan bagi mahasiswa Puangrimaggalatung sebagai generasi penerus pembangunan bangsa masa sekarang maupun yang akan datang,” tutur Sanusi.
Mewisuda 1.200 Alumni
Pada 27 Mei 2013, perguruan Puangrumaggalatung mewisuda sekitar 1.200 alumni, terdiri atas 437 alumni STIA Prima (Puangrimaggalatung), 372 alumni STKIP Prima, 69 alumni STIP Prima, 75 alumni PPs STIA Prima, dan 112 alumni Akbid Prima.
Sespel Kopertis Wilayah IX Sulawesi Dr Ibrahim Saman, mengingatkan para pengelola perguruan tinggi yang berada di bawah Yayasan Puangrimaggalatung, bahwa kualitas alumni terletak pada proses akademik.
“Tidak ada kualitas tanpa proses. Lulusan perguruan tinggi yang berkualitas hanya bisa lahir dari proses akademik yang benar,” ujarnya.
Acara wisuda turut dihadiri Direktur PPs STIA Prima Prof Imran Ismail, Ketua STIA Prima Dr HM Nasri AT MSi, Ketua STIP Prima Ambo Upe SP MP, Direktur Akbid Prima Dra Hj Syamsiah Abbas MKes, dan Ketua STKIP Prima Drs H Muhammad Basir MPd, serta sejumlah undangan. (asnawin)
----------------
@copyright Majalah Almamater, edisi ke-5, Vol.II, November 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar